Dituliskanya sebuah kisah hidup yang sangat memotivasi, Perjalanan merajut sebuah mimpi ditengah keterbatasan.
Inalah kisanya,
Saat itu sunyi sepi berselimutkan pekatnya malam, di sebuah dusun bernama Sandangan seorang bayi kecil dilahirkan di sebuah rumah diterangi pelita yang hampir padam karna kehabisan minyak tanah. Ya, sebuah rumah yang lebih cocok disebut dengan sebuah gubuk. Gubuk yang beratapkan alang-alang, bertiang bambu dan berdinding bambu pula.
Katanya, perekonomian keluarga saat itu membuat keadaan fisiknya tak seperti anak-anak pada umumnya. Perut mengembung, kepala besar, mata besar, serta tulang rusuk yang bisa dihitung dengan jelas menjadi ciri fisiknya kala itu. mereka menceritakannya secara detail keadaan itu.
Setahun setelahnya, ia diadopsi dan hal itu mengubah jalan cerita hidupnya. Tangis tak terbendung dari orang tua kandung. Namun mereka sadar, itu harus terjadi untuk "menyelamatkannya".
Dirawat oleh orang tua angkat yang belum memiliki anak kandung membuatnya diperlakukan seperti layaknya anak kandung. Begitupun setelah orang tua angkatnya dianugerahi seorang anak. Seorang anak yang sangat didambakan selama bertahun-tahun. Kasih sayang kini terbagi dan itu wajar.
Namun, Sifat tempramen sang ayah angkat membuatnya hampir tiap hari mendapatkan didikan yang sangat keras melampaui yang dilakukan seorang bapak pada umumnya dan itu tidak dilakukannya untuk anak kandung semata wayangnya. Beruntung, sesaat setelahnya, sang ibu angkat memiliki karakater yg sangat berbeda dengan bapak. Sesaat setelah mendapat kekerasan fisik dari bapak, ibu kemudian datang memeluknya, menciumnya dan memberinya nasehat serta penguatan.
Sejak memasuki bangku sekolah, dia sudah dididik untuk melakukan tangggung jawab. Ia diberikan tugas untuk mengembalakan kerbau, sapi, dan Babi. Tidak sedikit ia mendapat cambukan dari sang bapak karena melalaikan tugas dan lebih memilih bermain bersama teman sebaya.
Selain itu, ia juga sudah mulai dipaksa menbantu bapak dalam bertani.
Sebelum memasuki masa SMA, Hampir setiap malam, ia dan sang adik tidur bersama dengan ibu. Setiap malam sebelum tidur, ibu selalu menceritakan kisah-kisah dalam Alkitab dan juga cerita rakyat Toraja yang sampai hari ini masi diingat secara detail.
Pola asuh bapak yg mendidik dengan keras bahkan cenderung menyiksa, serta pola asuh sang ibu yang memberikan kasih sayang tanpa membedakan anak-anaknya menjadi kisah masa kecilnya sehingga membentuk dua karakter yang berbeda. Yaa, pribadi Koleris namun juga sedikit melankolis.
Ada masa dimana ia berfikir untuk kembali pada orang tua kandung karena tidak tahan dengan didikan sang bapak yang keras. Namun entah mengapa itu tak pernah terjadi. Barangkali lagi-lagi karena buah kasih sayang dari sang ibu.
Kasih sayang ibu itu membuat dirinya ingin sama seperti ibunya yang seorang guru agama yang penyayang dan cukup disegani dalam masyarakat karena karakter, wibawa dan kebijaksanaanya. Mimpi itu sejak kecil mulai didambakan sampai puncaknya di masa SMA. Saat itu dia berusaha percaya diri untuk tampil di depan umum dan belajar menjadi pemimpin karena baginya, ia bisa sama seperti ibunya bahkan melampaui jikalau ia bisa berprestasi dan bisa menjadi panutan.
Atas dasar itulah, ia melanjutkan pendidikannya sesuai dengan profesi sang ibu dan dengan pertolongan Tuhan dan kerja keras, ia selesai tepat waktu. Ia kemudian ditawari oleh salah satu sekolah Negeri dan diterima untuk menjadi pendidik.
Kala itu ia merasa bahwa setidaknya, kini ia sudah bisa menggantikan ibunya yang beberapa tahun yang lalu pensiun.
Kini saatnya ia harus naik level melampaui ibunya dari segi akademik. Atas restu dari ibu, ia kemudian memutuskan untuk melanjutkan study namun pada bidang yang lain. Ia memilih bidang itu atas beberapa pertimbangan yang matang disertai doa yang sungguh.
Ia memilih jurusan itu karena mimpi. Mimpi untuk kelak bisa menjadi pribadi yang bisa seperti ibu. Pribadi yang bisa mengayomi banyak orang, pribadi yang bisa menjadi berkat bagi orang lain, terlebih ingin menjadi sosok yang menjadi salah satu orang yang berperan dalam mempersiapkan para calon pendidik dan atau generasi muda yang berintelektual dan berkarakter di bidangnya masing-masing.
Proses mencapai mimpi tidak semuda yang dibayangkan dan disaksikan orang lain. Ia harus bekerja keras bahkan tak sedikit ia jatuh sakit akibat waktu istrahat yang kurang.
Ia harus bekerja keras untuk membiayai study dan biaya hidup karena perekonomian keluarga yang tak cukup untuk proses itu.
Tepat 2 tahun, ia bisa selesai dengan baik.
Namun, barulah hari ini acara kelulusan boleh dilaksanakan akibat situasi.
Walaupun hari ini hampir semua yang ia kasihi tidak hadir dalam upacara hari ini, namun
Pada akhirnya,
Ia bersyukur pada pada Tuhan karena memperkenankan ia dididik oleh ayah yang tempramen karena telah mendidiknya dengan keras sehingga menjadikannya pribadi yang tanggu, Pribadi yang mampu bertahan dalam situasi sesulit apapun karena situasi-situasi sulit dan keras sudah menjadi sahabatnya sedari kecil.
Ia bersyukur pada Tuhan karena menghadirkan sosok ibu yang penyayang dan menjadi teladan dalam hidupnya.
Ia bersyukur karena beratnya pergumulan hidup justru menjadikannya sosok yang menghargai hidup dan berjuang untuk memanfaatkan hidup itu berbuat baik bagi semua orang.
Ia bersyukur karena Tuhan sudah memberkatibya melalu lembaga dan Tenaga pendidik & tenaga kependidikan.
Ia bersykur karena Tuhan menghadirkan orang-orang disekelilingnya menjadi sahabat, motivator dan penolong.
Kini, ia akan melanjutkan mimpinya. Mimpi untuk menjadi berkat bagi orang lain. Mimpi untuk mempraktekkan hukum kasih sebanyak-banyaknya.
Diketahui , ia menyelsaikan study S1 Jurusan PendidikaN Agama Kristen (STAKN Toraja 2014-201), dan
S2 Jurusan Kepempinan Kristen (IAKN Toraja 2018-2020).
Sepriadi Bunga' S. Pd., M. Ag.
Selasa, 23 Maret 2021