Home Daerah Ternak Terjangkit PMK Akan Dimusnakan, Bupati Tator Dilema

Ternak Terjangkit PMK Akan Dimusnakan, Bupati Tator Dilema

REPLIKNEWS, TANA TORAJA - Penyakit mulut dan kuku  (PMK) pada ternak akhir-akhir ini menjadi perbincangan publik.

Menghadapi masalah tersebut, pemerintah Tanah Toraja siaga dengan berbagai langkah strategis untuk memutus rantai penularan.

Mulai dengan melarang mobilitas ternak antar kabupaten dan  antar lembang, melarang adu kerbau, bahkan meminta masyarakat membersihkan lokasi pesta dengan inspektan.

Pemerintah Tana Toraja bahkan membentuk satgas khusus untuk meminimalisir penyebaran PMK ternak. 

Tak hanya  aturan pemerintah daerah, Pemerintah pusat juga ternyata mengeluarkan aturan khusus dalam menyikapi penyakit ternak tersebut, salah satunya yakni pemusnahan ternak yang terjangkit, juga ternak dengan radius satu (1) kilometer dari ternak yang terjangkit. 

Aturan pemusnahan ini menjadi dilema tersendiri bagi Theofilus Allorerung,Bupati Tana Toraja. Menurutnya, aturan tersebut sulit untuk diterapkan di Tana Toraja. 

Tentu bukan tanpa dasar, bagi masyarakat Toraja, hewan ternak, khususnya babi dan kerbau  bukan hanya mengandung nilai ekonomi, tetapi juga nilai budaya, bahkan nilai spritual. 

Hal tersebut telah beberapa kali disampaikan oleh Theofilus Allorerung pada beberapa kesempatan. 

Pada agenda pelantikan ketua DPD II
Partai Golongan Karya (Golkar) Tana Toraja di Gedung Tammuan Mali',  Sabtu (26/07/2022) lalu, Theofilus Allorerung menghimbau anggota DPRD, khususnya Kader Golkar untuk memikirkan langkah yang lebih strategis dalam menghadapi masalah tersebut. 

"Masalah kita pada hari ini adalah PMK yang juga takkala membahayakan dari Corona. 
Radius 1 meter dari dari PMK harus dihanguskan. Yang menjadi problematika karena di Tana Toraja, apabila kerbau yang kena tidak mungkin diganti dengan 10juta. 
Itulah mengapa kita sangat membutuhkan langkah-langkah yang lebih strategis", tuturnya. 

Hal yang sama juga di sampaikan Theofilus saat menghadiri sidang sinode Am XVII Gereja Kibaid yang juga digelar di Gedung Tammuan Mali, Senin (18/07/2022) kemarin, Theofilus masih menekankan hal yang sama. 

"Kita belum selesai covid, kita  berhadapan lagi dengan PMK. Dimana ketentuannya, di radius satu kilometer,  jika ada kerbau atau babi yang ada disekitarnya dengan radius 1 km harus dimusnahkan untuk meminimalir kasus ini. Saya tidak habis pikir bagaimana perasaan pemilik Tedong bonga apabila diganti rugi dengan 10 juta. Begitu sulitnya", keluhnya. 

Theofilus bahkan membeberkan telah berkali-kali dihubungi oleh menteri pertanian terkait pemusnahan ternak tersebut. 

"Menteri pertanian telah empat (4) kali menelpon saya, Pak Bupati tolong potong semua. Ini problem, saya sampaikan pada Pak Menteri, di Toraja kerbau bukan hanya persoalan nilai ekonomi, tetapi nilai budayanya, bahkan nilai spriritual. Hingga sangat susah untuk memutuskan", bebernya. 

Meski begitu, Theofilus Allorerung merasa sedikit lega karena selama seminggu terakhir tidak lagi menemukan data ternak yang terjangkit PMK di Tana Toraja. Ia berharap data tersebut rill karena tidak adanya ternak yang terjangkit, bukan karena disembunyikan masyarakat. 

"Puji Tuhan satu (1) minggu saya tidak dengar, tetapi mudah-mudahan benar, bukan disembunyikan", harapnya.

Penulis          : Nata
Editor            : Iga