Home Daerah Penguatan Kelompok Konstituen dan LBK, YESMa Adakan Pelatihan Advokasi Tingkat Kecamatan

Penguatan Kelompok Konstituen dan LBK, YESMa Adakan Pelatihan Advokasi Tingkat Kecamatan

REPLIKNEWS, TANA TORAJA-  Yayasan Eran Sangbure Mayang (YESMa)  adakan pelatihan advokasi untuk  penguatan kelompok konsitusien dan LBK terkait isu VAW, Perkawinan anak dan Inklusi di tingkat kecamatan, pada Kamis (03/10/2022) di Aula Kantor Kecamatan Makale, Tana Toraja. 

Peserta dalam kegiatan tersebut merupakan anggota kelompok konstituen dari kecamatan Makale dan Makale Selatan.  

Koordinator program inklusi YESMa, Matias mengatakan pelatihan tersebut dilakukan untuk memperkuat kapasitas kelompok konsitusien  dan LBK dalam penanganan kasus kekerasan dan pendampingan korban kekerasan di Lembang dan Kecamatan. 

Rospita Napa, Kepada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sebagai salah satu narasumber dalam kegiatan tersebut membeberkan tingginya angkah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang terjadi di Tana Toraja, khususnya di Makale Selatan. 

"Makale Selatan,tinggi kasus. Baik KDRT,baik asusila, baik pelecehan. Banyak di Makale Selatan", tuturnya. 

"Saya masuk bulan Agustus, melanjutkan kasus Kemarin, ada antara ayah dan anak, ibu dan anak, sepupu dengan sepupu, luar biasa kejam, lanjut Rospita Napa

Menurutnya, berbagai hal dapat memicu kekerasan terhadap perempuan dan anak,  seperti tuntutan ekonomi dan  penggunaan gadget. 

"Pengalaman kasus KDRT banyak terjadi karena tuntutan kepada suami, jadi  gunakan gadget dengan baik, bisa membantu untuk berpenghasilan. Jangan hanya berharap laki-laki, akhirnya kalo laki-laki tidak mendapatkan apa-apa, terjadilah keributan, yang berujung KDRT lagi. Gunakan gadget dan manfaatkan pekarangan untuk menunjang pendapatan, untuk menghindari KDRT", himbau Rospita Napa. 

"Anak-anak kita, kita fasilitasi dengan gadget, tetapi kita tidak mengawasinya. Mohon maaf, kasus yang terjadi juga banyak antara anak dengan anak, sodomi dan sebagainya karena mereka melihatnya di gadget", lanjut Rospita. 

Oleh karena itu, Rospita Napa menghimbau peserta untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar, memanfaat gadget dengan bijak, tidak terlalu vulgar di depan anak, serta mengedukasi anak tentang bagian-bagian tubuh yang tidak boleh disentuh karena kekerasan terhadap perempuan dan anak merupakan PR bersama.

Dibeberkannya pulah bahwa salah satu hambatan pemerintah daerah Tana Toraja  dalam menangani kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, yakni masih sulitnya pelaporan karena sebagian besar korban menganggapnya aib (siri') keluarga. 

Untuk itu, sebagai perwakilan pemerintah yang bergerak dalam penanganan kasus perempuan dan anak, Rospita Napa mengatakan telah menempuh beberapa langkah-langkah yang untuk mengantisipasi kasus  seperti pembentukan forum anak, serta menjalin komunikasi ke tingkat Provinsi untuk  pemberian dana khusus. 

"Sempat kami komunikasikan ke kakak-kakak di Makassar untuk mencarikan dana khusus karena APBD di daerah tidak akan cukup, karna kasus cukup tinggi,  Tetapi belum tersambung", tutur Rospita Napa. 

Selain Rospita Napa,  kegiatan tersebut turut dihadirkan tiga fasilitator yang merupakan tokoh-tokoh pemerhati perempuan dan anak di Kota Makassar, yakni Marselinus May, Alita Karen, dan Rabiah.

Oleh ketiga fasilitator tersebut, Peserta dibekali dengan pengetahuan perbedaan Kodrat dan Gender, serta Ketidakadilan Gender; Berbagai macam Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan; Jenis Pengaduan layanan; Peran Pendamping; Prinsip dan Kode Etik Pendamping; Mekanisme dan Alur Pendampingan Kasus. 

Dipenghujung materi, peserta bahkan dilatih secara langsung untuk menganalisa beberapa contoh kasus. 

Lenynda Tondok, sebagai officer program inklusi YESMa menyampaikan terimakasih kepada semua peserta yang hadir, dan berharap materi yang telah diterima  dapat diterapkan untuk memperjuangkan hak kaum rentan di wilayah masing-masing, menuju masyarakat yang inklusif sesuai yang dicita-citakan. 

Penulis : Nhata
Editor   : Iga