REPLIKNEWS - Cerita singkat Ir Henry A Pongrekun, digadang bakal calon Bupati Tana Toraja 2024. Pria dengan dua garis keturunan Toraja, yakni Ibu dari Sangalla, Tana Toraja, dan Ayahnya dari Tallunglipu dan Malakiri Toraja Utara. Sedangkan istrinya, Farni Patandung memiliki darah Mengkendek, Sillanan, Sangalla dan Batupapan.
Jebolan Tehnik Arsitektur UNHAS pada tahun 1987 tersebut akrab disapa Bung Ari. Berbekal ilmu pengetahuan yang dimilikinya, Bung Ari meniti karirnya sebagai pebisnis dibidang Desain dan Konstruksi Bangunan dan Kontraktor yang sukses membangun ratusan BTS (Base Tranciever Station) di seantero nusantara. Tak diam hanya pada ilmu arsitektur, pada tahun 2016, Bung Ari mengikuti pendidikan reguler di LEMHANNAS yang diusulkan oleh Kadin Pusat Indonesia. Selama mengenyam pendidikan di Lemhannas, Bung Arie mengambil pendalaman tentang ilmu Pengembangan Pariwisata.
Bukan tanpa alasan, Bung Ari memilih bidang pariwisata karena keingintahuan tentang penyebab pariwisata Toraja tidak mengalami perkembangan sebagai daerah tujuan wisata seperti Bali yang setiap tahun pengunjungnya bertambah.
Seperti yang diketahui bahwa Bali saat ini dikunjungi oleh 7 juta wisatawan setiap tahunnya. Sementara Toraja rata-rata hanya dikunjungi 150 ribu sampai 200rb-an wisatawan pertahunnya sejak Pariwisata mulai berkembang pada tahun 1972, ketika dua (2) Antropolog mengunjungi Acara Pemakaman Puang Sangalla.Berbekal pendalaman keilmuan pengembangan pariwisata di LEMHANNAS, pada tahun 2020 Bung Arie mengagas sebuah konsep Pengembangan Pariwisata Toraja. kemudian dilaunching kepada masyarakat Toraja pada tahun 2021 melalui webinar.
Konsep gagasan Bung Arie tersebut diyakini merupakan sebuah strategi lompatan yang bersifat Out Of The Box dan memiliki algoritma kunci yang tepat untuk dapat menciptakan daya tarik wisatawan mancanegara (Wisman) dan wisatawan nusantara (Wisnus) dalam skala jumlah yang besar.
Konsep pengembangan pariwisata bertajuk "DESTINASI TORAJA" berisi prinsip yang merencanakan satu perencanaan pengembangan pariwisata berupa Masterplan terpadu ITMP (Integrated Tourism Master Plan) yang melingkupi 3 kabupaten, yakni Tator, Torut , dan Mamasa dalam satu Masterplan pengembangan pariwisatanya dengan luas wilayah yang lebih besar dari Pulau Bali.Menurut Bung Arie, jangan beharap Pariwisata Toraja akan bergeliat dan berkembang untuk mendapatkan efek ekonomi bagi masyarkat dan daerah jika hanya berulang-ulang menggunakan pola standard yang lama dalam mengelola Pembangunan dan Pemerintahan Daerah.
Akan sulit jika masing-masing kabupaten hanya ingin merencanakan pengembangan pariwisatanya sendiri-sendiri hanya dengan mengandalkan dana dari sumber APBD. Perencanaan daerah yang kecil, tidak akan menarik bagi sektor swasta untuk ikut berinvestasi. Apalagi Dana APBD sebuah kabupaten hanya cukup untuk membiayai penyelenggaraan operasional daerah dan pemeliharaan fisik.
Potensi daya tarik yang selama ini menjadi andalan Toraja adalah budaya, warisan budaya, dan Alam. Ukuran skala daya tariknya sudah terukur selama 50 tahun (sejak 1972), efeknya sangat kecil sehingga tidak mampu mendatangkan wisatawan dalam jumlah yang besar.
Sebaliknya Jika Destinasi Toraja sudah memiliki Road Map Pembangunan Pariwisata melalui Masterplan (Blueprint) yang detail lengkap dan terukur maka diyakini oleh Bung Arie bahwa pihak sektor swasta pemilik modal besar akan ramai-ramai tertarik masuk berinvestasi membangun atraksi antaraksi baru serta aspek Amenitas yang mendukung pengembangan aspek Kepariwisataan Destinasi Toraja, misalnya rumah sakit, pusat perbelanjaan, Internet dan lain lain.
Pihak Pemerintah pusatpun tentu otomatis akan ikut berkontribusi untuk membangun dan mengisi jaringan akses infrastruktur yang baru ketika mampu diyakinkan melalui perencanaan lengkap yang terdapat didalam Masterplan (Blue print) Destinasi Toraja. Menurutnya, konsep Destinasi Toraja nantinya akan terus berkembang menjadi sumbu ekonomi baru di Indonesia Timur, dengan skala wilayah yang lebih luas dari Pulau Bali. Apalagi sejatinya brand keunikan Budaya, warisan budaya dan keindahan alam Toraja, selama ini gaungnya sudah mendunia. Walaupun segmen market potensi budaya tersebut peminatnya sangat terbatas yang sudah terbukti selama perjalanan 50 tahun.
Jika Pariwisata sebuah daerah bertumbuh kembang dgn pesat, maka Regional Planning sebagai multiplier efek dari aspek2 non pariwisata lainnya akan ikut juga berkembang dgn sendirinya. Misalnya Pendidikan, Perdagangan, Pertanian, industri besar kecil, Fasilitas Kesehatan, Fasilitas Olah Raga, birokrasi pemerintahan dan lainya
Tujuan utama pengembangan Kepariwisataan sebuah daerah tujuan wisata adalah untuk memberikan dampak peluang ekonomi bagi Masyarakat lokal secara luas. Serta peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia mayarakat lokal.
Dan juga menjadi sumber devisi atau ekonomi bagi Indonesia untuk menunjang index ekonomi nasional. Untuk itulah mengapa pemerintah pusat akan tertarik untuk ikut membantu upaya pembangunannya. Misalnya pembangunan perluasan jaringan infrastruktur akses transportasi dan lain lain.
Kapasitas pemahaman tentang keilmuan Strategi Pengembangan Pariwisata dan algoritma pengalaman bisnis tersebut memacu semangat Bung Ari untuk ikut bertarung di Tana Toraja padatahun 2024. Sepenuhnya, Ia Ingin membaktikan diri mengimplementasikan gagasannya untu daerah kelahirannya.
Pengalaman bisnis dan jaringan komunikasi yang luas di sektor pemerintahan pusat maupun kepada kalangan swasta di tingkat nasional mendukung kapasitas leadership yang dimiliki oleh Bung Arie membawa Toraja menjadi destinasi besar menyusul destinasi wisata Bali.
Penulis : Nata
Editor : Redaksi