REPLIKNEWS, TANA TORAJA - Hari kedua berada di Toraja, Peserta Konferensi Internasional dari Kedubes Amerika Serikat dan Warga Negara Asing (WNA) kunjungan belajar di Sekolah Adat Sipanundu Madandan, Kecamatan Rantetayo, Tana Toraja, Selasa (06/08/2024).
Didampingi Sekjen AMAN Rukka Sombolinggi dan Ketua AMAN Toraya, peserta konferensi yang berasal dari beberapa negara seperti, Amerika, Filipina, Kenya, Thailand dan Nepal disambut tarian "Pa'tirra" dari siswa sekolah adat.
Kunjungan belajar ini mengangkat tema "Pengetahuan Tradisional Toraya, Praktek Dan Inovasi Masyarakat Adat" dalam memperingati Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) tahun 2024 yang dilaksanakan oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).
Sekjen AMAN Rukka Sombolinggi menyampaikan kegiatan ini bertujuan untuk mempelajari tentang masyarakat adat, tradisi serta inovasi dalam melestarikan kearifan lokal serta adat istiadat.
"Sekolah adat menjadi pusat pendidikan di masyarakat adat, untuk mengajari tradisi kita kepada generasi penerus masyarakat adat," kata Rukka.
Selain menjadi pusat belajar adat istriadat serta tradisi masyarakat adat, peserta didik di sekolah ini juga dibekali keterampilan seperti menganyam, membuat olahan makanan dan lainnya dala memastikan kemandirian ekonomi.
"Kontribusi terbesar di sekolah adat ini adalah dari ibu-ibu, mereka meluangkan waktu membuat keripik khas Toraja dari talas, yang menjadi sumber untuk keberlanjutan sekolah adat ini," ujar Rukka.
Sementara, Ketua Sekolah Adat Sipanundu Madandan, Martina Palayukan menyampaikan rasa syukur atas kunjungan resmi dari Kedubes Amerika Serikat dan AMAN.
"Kunjungan mereka sungguh luar biasa, ini menjadi motivasi dan semangat bagi kami untuk lebih meningkatkan pelayanan kami dan memberdayakan sekolah kami," kata Martina.
Dalam kunjungan yang dibalut dalam diskusi itu, Martina mengungkap banyak yang dibahas seputar kegiatan dan pengelolaan sekolah adat.
"Disini mengajarkan bahasa dan sastra Toraja, kearifan lokal, etika-etika, karakter dan keterampilan. Selain itu mereka juga belajar tentang kesenian daerah dan mengenal serta mengangkat kembali permainan rakyat yang hampir punah dan mengajarkan lagu-lagu daerah yang hampir punah," ungkapnya.
Martina menyebut, semua itu diajarkan agar terjadi kesinambungan sebagai regenerasi pelanjut masyarakat adat di Madandan. Sebab, kearifan lokal dan adat istiadat sudah mulai tergerus dengan perkembangan zaman.
"Intinya disini, mengembalikan nilai-nilai kearifan lokal, adat istiadat yang sudah mulai tergeser karena perkembangan zaman dan kemajuan teknologi," pungkasnya.
Penulis : Dirga Y. Tandi
Editor : Redaksi