REPLIKNEWS, TANA TORAJA - Merasa terpukul dan terhina persoalan infrastruktur jalan dan kejadian seorang Ibu melahirkan di tepi jalan, Pemudah dan masyarakat Simbuang- Mappak menggelar aksi kemanusiaan (1.000 lilin) di Plaza kolam Makale, Rabu (15/5/2024).
Aksi ini berangkat karena kematian seorang bayi yang dilahirkan di tempat yang tidak pantas, dilahirkan secara darurat karna persoalan Infrastruktur jalan yang di hadang oleh belasan titik longsor. Persoalan akses jalan menuju ke Simbuang Mappak sangat memprihatikan terutama pasca terjadinya bencana tanah longsor kemarin yang nyaris memutus total koneksi ke wilayah tersebut.
Bencana tanah longsor di wilayah Simbuang Mappak sebenarnya terjadi hampir sudah dua bulan, namun setelah kejadian seorang ibu yang terpaksa bersalin di tempat hina dan seorang anak yang dilahirkan meninggal dunia, pengerjaan longsor dilanjutkan kembali setelah alat tidak beroperasi beberapa pekan belakang ini.
Peristiwa memiluhkan yang menimpah salah seorang masyarakat dari Simbuang yang terjadi pada 11 Mei lalu dimana seroang ibu harus melahirkan ditengah jalan dengan bantuan tim-tim medis puskesmas Lekke secara darurat dan terpaksa.
Masyarakat sangat terpukul, membuat pemudah dan masyarakat SIMAP menggelar aksi penyalaan 1.000 lilin di Plaza kolam Makale sebagai bentuk solidaritas untuk mendoakan arwa Adinda. Dihadiri sekitar 600 orang, berlangsung dari jam 19.00 -22.30 WITA.
Merangkai kegiatan dalam bentuk penyalaan lilin serentak di depan kolam Makale dan perwakilan pemuda-masyarakat menyalakan lilin Apung dan mimbar bebas untuk menyampaikan seruan moral dalam bentuk orasi, piusi dan pidato.
Kegiatan ini juga di laksanakan serentak dengan pemuda dan masyarakat yang ada di Ibu kota provinsi Sulawesi Selatan (Makassar) dan mengangkat Grahan Isu "Luka di ufuk barat Tana Toraja, Adinda tidak layak dilahirkan di pinggir jalan".
Jevial Kuasa, selaku korlap dalam aksi tersebut menyampaikan bahwa itu murni kegiatan kemanusiaan yang tuangkan dalam bentuk penyalaan lilin dan doa bersama untuk Adinda yang dilahirkan di pinggir jalan Simbuang, juga merasa kecewa kepada Pemda Tator yang tidak sempat hadir padahal ini adalah duka Toraja pada umumnya dan sudah mangajukan undangan untuk hadir bersama mendoakan almarhum.
Jevial menilai, tidak adanya perwakilan Pemerintah yang hadir dalam aksi tersebut menandakan bahwa Pemda Tana Toraja tidak peduli bahkan cuek terhadap apa yang dialami masyarakat Simbuang Mappak.
"Ini murni aksi kemanusiaan, ini adalah duka Toraja tapi kenapa tidak ada satupun perwakilan Pemda yang hadir. Padahal kami sudah sebar undangan. Ataukah Pemda Tana Toraja memang tidak peduli dengan persoalan yang terjadi di Simbuang-Mappak?," tutur Jevial kepada REPLIKNEWS, Kamis (16/5/2024).
Senada, Dimianus Tanggi Somba salaku perwakilan dari pemuda simbuang Mappak juga merupakan ketua Umum IPSIM juga menyampaikan hal yang sama. Menurutnya, kegiatan tersebut merupakan bentuk duka terhadap Adik yang terpanggil pada 11 Mei 2024. Ia berharap itu adalah peristiwa sedih yang terakhir di Simbuang-Mappak secara khusus.
"Lilin ini akan menjadi penerang jalan menuju Sang Pencipta disana, akan menjadi Pendoa bagi kita semua yang masih terus berjuang untuk mendapatkan kesejahteraan dan keadilan," ujar Arga sapaan akrab Ketum IPSIM.
Persoalan infrastruktur jalan yang digiring kesana kesanna kemari kata Arga, hanya untuk mencari ruang penghitan sistem ditambah kinerja Pemda yang tidak becus dimana menempatkan seorang Dokter hanya menjadikan Simbuang sebagai tempat pendapatan saja.
"Bagaimana tidak, sudah 1 bulan lebih meninggalkan tempat tugas entah kemana, dan ini akan menjadi refleksi dan catatan penting buat Pemda Tana Toraja secara khusus," tegas Arga.
Penulis : Martinus Rettang
Editor : Redaksi