Home Daerah LSM LPRI: Sirkuit Rantetayo Belum Layak jadi Tempat Balapan, Sangat Membahayakan

LSM LPRI: Sirkuit Rantetayo Belum Layak jadi Tempat Balapan, Sangat Membahayakan

REPLIKNEWS, TANA TORAJA - Gelaran event balap motor Road Race yang sering dilaksankan di Eks Bandara Pongtiku, Rantetayo, Tana Toraja mulai menuai sorotan. Hal tersebut dinilai bisa membahayakan nyawa baik pembalap maupun masyarakat yang datang menonton.

Hal tersebut diutarakan ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lembaga Pilar Rakyat Indonesia (LPRI), Rasyid Mappadang. Menurutnya Eks Bandara Pongtiku belum layak dijadikan kawasan balapan karena tingkat keamanan yang belum memadai.

"Jalur di kawasan eks Bandara Pongtiku, Rantetayo itu tidak standar untuk road race. Tingkat keamanannya masih sangat minimim sehingga belum layak digunakan untuk event balap road race," ujar Rasyid Mappadang kepada REPLIKNEWS, Rabu (19/6/2024).

"Selain membahayakan pembalap sendiri, juga bisa membahayakan penonton, karena pagar pengamannya masih dibawa standar, bahaya itu," lanjutnya.

Menurut Rasyid, Pemerintah bersama Kepolisian harus jeli dalam mengeluarkan ijin jika ada yang ingin menggelar event road race di kawasan eks bandara Pongtiku. Kerena keselamatan pembalap dan para penonton harus jadi prioritas utama dalam menerbitkan izin.

"Harus dikaji matang-matang sebelum dikasih ijin, jangan asal keluarkan ijin, harus difikirkan keselamatan baik itu pembalap maupun masyarakat yang datang menyaksikan balapan motor," tegas Rasyid.

Seperti diketahui, even balap road race dalam waktu dekat ini 22-23 Juni 2024 kembali akan digelar oleh DMS Kampung Baru Makale.

Pada bulan 12/12/2023 lalu, DMS Kampung Baru telah melaksanakan event balap road race, dalam event tersebut ada beberapa insiden dimana pembalap yang jatuh hampir menyenggol penonton karena pagar pembatas tidak maksimal.

"Hal ini tentu tidak kita inginkan, jangan sampai kejadian seperti itu terulang kembali. Kalau memang belum layak yah kepolisian jangan kasih ijin," pungkas Rasyid Mappadang.

Penulis   : Martinus Rettang
Editor     : Redaksi