Home Daerah Konsulat Jenderal Australia Kembangkan Potensi Anak Desa Lewat Program RURISE Natsir Eco School

Konsulat Jenderal Australia Kembangkan Potensi Anak Desa Lewat Program RURISE Natsir Eco School

Konsulat Jenderal Australia, Todd Dias melaksanakan kunjungan dalam program inisiatif Rural Resilience Initiative (RURISE) 2024.

REPLIKNEWS, TANA TORAJA - Konsulat Jenderal Australia, Todd Dias melaksanakan kunjungan dalam program inisiatif Rural Resilience Initiative (RURISE) 2024 di Dusun Randanan, Lembang (Desa) Maroson, Kecamatan Rembon, Senin (12/08/2024).

Program RURISE merupakan salah satu program Widya Erti Indonesia (WEI) yang dirancang untuk mengembangkan potensi warga melalui serangkaian kegiatan yang berfokus pada pendidikan, pengembangan produk lokal, dan peningkatan kesadaran lingkungan yang berkelanjutan."Selamat kepada pak Natsir dan para team dari RURISE. Saya terinspirasi dari proyek seperti ini, karena ada seseorang yang memiliki vision yang luarbiasa untuk membantu anak-anak di pelosok desa dalam belajar bahasa inggris dan langsung menggunakan volunteer-volunteer dari luar negeri (Australia). Kami juga baru-baru ini mengirim buku bahasa inggris ke Natsir Eco School (NES) dan semoga itu bisa bermanfaat," kata Konsulat Jenderal Australia Todd Dias kepada REPLIKNEWS usai kegiatan.

Salah satu kegiatan utama dari program ini adalah Natsir Eco School (NES). NES merupakan sekolah alternatif bahasa Inggris gratis kepada lebih dari 200 anak yang berasal dari 5 dusun di Desa Maroson, Tana Toraja. 

Todd Dias mengatakan Tana Toraja adalah kawasan yang memiliki keunikan dan keindahan alam yang mampu menarik para wisatawan, olehnya pentingnya setiap elemen masyarakat mahir menggunakan bahasa inggris.

"Melihat anak-anak di Lembang Maroson, cukup menarik buat saya. Karena kalau kita melihat beberapa lokasi di Sulawesi Selatan, ada beberapa objek wisata termasuk Tana Toraja yang sudah terkenal di dunia. Sebagai contoh, saya tinggal di Signi Australia dan pada tahun 90-an saya sudah tahu tentang Toraja dan banyak sekali orang asing yang mengunjungi Toraja. Oleh karenanya industri wisata seharusnya ada orang yang mampu berbahasa pelanggan (turis)," kata Todd Dias.

"Ini sangat penting menurut saya karena siapa yang tahu adat-istiadat, kebudayaan lokal? pasti orang lokal. Tetapi kalau orang lokal tidak bisa berbahasa inggris itu berarti ada pendatang mencari turgait, staf di hotel dan lainnya," sambungnya.Sementara, Direktur Eksekutif Widya Erti Indonesia (WEI) Made Wiranatha Krisna mengatakan, kerjasama dengan Natsir Eco School untuk mengembangkan peningkatan kapasitas berbahasa inggris bagi generasi mendatang di Tana Toraja.

"Selama ini, Natsir Eco School (NES) telah menjalankan kelas belajar bahasa Inggris yang melibatkan volunteer dari luar Negeri di salah satu dusun (Randanan) dan melalui RURISE, program ini membuka kelas di 4 dusun lain (Palakka, Lameme’, Rarung, Pasang Lambe’) di Lembang Maroson, Kabupaten Tana Toraja," kata Made Wiranatha. 

Made Wiranatha Krisna juga mengatakan tenaga pengajar di 4 kelas NES ini menggunakan pendekatan Volunteach. 

"Para relawan pengajar atau Volunteacher ini berasal dari dari dalam Negeri dan Mancanegara, semuanya akan berkontribusi untuk mengajar bahasa Inggris dengan menggunakan pendekatan Volunteach, pendekatan yang menggabungkan volunterisme, edukasi, dan pariwisata, atau yang lebih dikenal sebagai voluntourism. Dan Volunteacher menginap di homestay-homestay disekitar sekolah Natsir Eco School (NES)," pungkasnya.

Penulis      : Hendrawan Tulak
Editor        : Redaksi